Selasa, 22 April 2008

Tawaran buat sang Pemimpin

Makhluk hidup tak terkecuali manusia merupakan suatu organisma dimana mereka berjuang melewati hari demi harinya dalam ruang dan waktu. Dalam menjalani prosesnya, makhluk hidup membentuk suatu organisasi yang diharapkan mampu mengarahkan pada kehidupan yang lebih baik dengan norma-norma yang telah disepakati bersama.

Organisasi dapat diartikan sebagai kolektifitas orang-orang yang bekerjasama secara sadar dan sengaja untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, kolektifitas tersebut berstruktur dan beridentitas yang dapat membedakanya dengan kolektifitas yang lainya.

Bahwa organisasi bersifat kolektif dan berstruktur, maka dengan hadirnya organisasi secara otomatis akan melahirkan sistema (mekanisme) yang memiliki tujuan mengatur, mendidik, serta mengelola setiap unsur-unsur yang terkait dengan organisasi tersebut. Daripada itu, kemudian terbentuklah suatu kepemimpinan, dimana pemimpin yang terpilih merupakan elemen terbaik dari organisasi.

Apa saja dan bagaimana syarat-syarat yang diperlukan untuk menjadi pemimpin yang ideal?? Seperti yang telah kita ketahui dalam berbagai litaratur, seorang pemimpin diharuskan mempunyai berbagai kelebihan yang dapat membedakannya dari pada individu lainnya. Di sisi lain, kita tahu bahwa tiap individu merupakan suatu keunikan tersendiri.

Pandangan psikoanalisa yang dipelopori oleh Sigmund Freud menegaskan bahwa seorang pemimpin dalam perilakunya harus dikuasai ego realitas yang kemudian digunakan untuk menjembatani antara impuls-impuls bawah sadarnya dengan norma yang ada. Hal ini, menandakan bahwa seorang pemimpin secara sadar memanfaatkan keistimewaan daya rasionalitasnya demi tercapainya kemakmuran dan ketentraman individu-individu yang ia pimpin. Pun menurut C.G Jung dalam pembahasan anima dan animus yang mengatakan bahwa dalam diri seseorang terdapat sisi feminim dan maskulin sekaligus, lebih khusus menunjukkan bahwa dalam diri seorang pemimpin ia mempunyai pribadi yang dapat merangkul semua golongan, yang tidak membedakan jenis kelamin. Masih dalam pandangan psikoanalisa, Alfred Adler dalam pandangan life style mengajarkan bahwa untuk menutupi inferioritas (rasa rendah diri) yang dimiliki, tiap individu melakukan usaha kompensasi yang kemudian menjadi gaya hidupnya masing-masing. Gaya hidup yang ditampakkan seorang pemimpin dalam setiap perilakunya ditujukan untuk menjaga dan mengembangkan anak asuhnya, yakni secara bersama-sama berusaha meningkatkan potensi dan kemampuan secara optimal.

Bahwa sebenarnya sangat banyak tuntutan ideal bagi seorang calon pemimpin, dari sbagian pandangan psikoanalisa sebagaimana yang telah diungkap pun belum tentu 100% terlaksana. Yang jelas mampukah kita, sebagai seorang pemimpin (dalam lingkup kecil, kita adalah pemimpin diri pribadi) mampu melihat realitas dan berperilaku sesuai kebutuhan realita. Bahwa kemudian kita hidup bersosial apapun jenis kelamin yang kita miliki, mampukah kita memerankan sisi kewanitaan dan kelelakian sekaligus dalam memahami orang lain. Yang tak kalah penting, bahwa seorang pemimpin harus mempunyai jiwa optimis terhadap segala hal. tak bisa dipungkiri bahwa setiap manusia memiliki kelemahan baik mental maupun psikologis, namun apakah dengan kelemahan yang kita miliki tersebut, kita dapat berbuat untuk berkembang dan lebih maju?

Kita tunggu saja episode-episode yang kita jalani berikutnya, seberapa layak kita diberi kepercayaan untuk menjadi pemimpin.......

Kamis, 10 April 2008

kawan-kawanQ

Salam.

April di tahun 2008 ini membawa lembaran kisah, yah memang setiap orang punya kisah yang berbeda sesuai apa yang di alami dan di rasakan. Untuk sebuah kisah yang telah terlewati ada beragam respon tentunya, histeris keriangan, kekecewaan dan reaksi emosi lain, namun yang paling menarik adalah ketika kisah itu masuk kesisi yang paling dalam dari diri seseorang dan membuat perubahan baik secara afektif, kognitif, maupun psikomotorik.

Seringkali kita lewatkan begitu saja kisah yang berlalu, sembari berharap terjadi kisah yang menarik (sesuai keinginan Qt) di kemudian hari. Seringkali kita buta dengan rentetan kejadian yang telah kita alami yang bila kita cermati lebih dalam akan membimbing kita kepada kisah-kisah yang menakjubkan. Hanya saja jarang diantara kita yang dapat melihat jauh ke depan, kita hanya melihat yang eksis, dan yang nyata adanya. Sementara adanya semua itu, jangankan kita pijakkan kaki, sekedar menyentuhnya pun kita tidak mampu.

Bulan lalu, datang seorang kawan lama tuk bercengkerama dengan ibu pertiwi. Setelah menempuh perjalanan panjang dalam masa liburannya yang telah habis, ia kurang begitu banyak komentar tentang perubahan yang telah terjadi selama ini di tanah tumpah darah para pejuang. Yah bukan apa-apa memang, yang jelas Jakarta dan terlebih Ciputat semakin penat, padatnya kemacetan dengan proyek fly-overnya, kepulan debu di udara yang telah kotor, hujan masih mengguyur di bulan kemarau.

Tiga setengah minggu kira-kira ia menghafalkan dan beradaptasi dengan tanah Ciputat serta Jakarta. Ia begitu banyak mendapatkan suatu fenomena yang nantinya bisa ia jadikan kisah hidup, bahkan untuk dijadikan sebuah novel pun pasti jadi. Sayang, waktu yang ada ia gunakan bersama orang yang kurang normal. Orang-orang dalam sepetak ruang dalam suatu tempat yang bernama PONDOK AL-BARKAH 1 kamar Dahlia 3. Hingga akhirnya, ia pun tak kuasa menolak dan mengikuti budaya yang serba terbalik. Bagaimana tidak, tanpa ada tujuan yang jelas ukuran waktu pun berubah, yang harusnya siang malah menjadi malam, dan begitupun sebaliknya.

Sekurangnya pada sepertiga April, ia akhirnya dengan kebimbangan [menurut saya] mencoba melangkahkan kaki menuju stasiun kereta api untuk melanjutkan perjalanan dan kisahnya sendiri. Sebelumnya, ada sedikit kisah yang ia ceritakan kepadaku tentang hubungan dirinya dengan seorang gadis yang ada di bilangan Jakarta Selatan, beserta kekhawatiran-kehawatiran yang ia rasakan. Diriku saat itu terhenyak, dan spontan kaget, namun aku tutupi dengan mimik muka yang dingin sehingga terkesan antusias dalam mendengarkan kisah. Dalam fikirku, seandainya benar terjadi pasti akan terasa menyakitkan. Bagaimana tidak, kisah yang ia ceritakan [historis, alur, peran-peran pendukung, dan karakteristik-karakteristik pelaku] sama persis dengan yang pernah aku alami beberapa tahun yang lalu. Lalu, aku hanya bisa menyarankan agar intensitas serta keterbukaan dapat semakin terjalin.

Tertanggal delapan, satu persatu teman-teman dekat mulai menyerah dengan penatnya dunia kampus. Gairah muda mendorong mereka untuk memacu langkah lebih maju, dari pada hanya duduk diam mendengar dan melihat kecongkakan para pendidik yang tak mau kalah saat beradu argumen dengan para mahasiswanya. Di akhir cerita, mereka pun tak mau pulang tanpa memberi sebuah kebanggaan kecil bagi kedua orang tua dan keluarganya. Dengan bersusah payah, selama satu jam lima menit dalam perkiraan, mereka dibantai para dosen. Seolah tak mau kehilangan pundi-pundi uangnya, beragam cara telah dilakukan oleh oknum-oknum di dunia kampus, termasuk dalam ujian akhir ini. Namun akhirnya, mereka [teman-temanQ] menaklukkan penjara suci diatas bangunan mewah bertingkat-tingkat.

Apa yang terjadi dengan diriku, sebegitu menyalahkan kampus, lembaga tinggi pendidikan yang di elu-elukan masyarakat menengah kebawah. Bisa jadi itulah kenyataannya, atau bahkan define mechanism [metode pertahanan diri] atas ketidak mampuan diri dalam meraih prestasi yang membanggakan. Jawabku bisa ya, bisa tidak.

Tatkala keluargaku mendorong untuk secara aktif menyelesaikan skripsi yang tertunda-tunda, secara tidak langsung diriku mendapat tamparan telak. Terngiang kembali di gendang telinga pertanyaan-pertanyaan "untuk apa aku disini? mengapa jauh-jauh sampai disini? apa yang telah ku kerjakan? seberapa besar hasilnya?". Busyettttt, lalu lintas Jakarta pun tak seramai pertanyaan ini, fikirku.

Hufh, sabar....semua ada jalan...dan kita tak pernah tahu maksud tuhan...manusia itu unik dan karenanya kita berbeda...hanya dengan semangat dan usaha keras kita pasti berhasil.

Minggu, 06 April 2008

Kerudung Gentayangan

Warna nan elok
ada putih, merah, kuning, hijau, hitam
bahkan segala warna bercampur jadi satu jua

tapi sayang....
mengapa nasibmu harus malang
pengabdianmu yang ta' terkira
ta' pernah para manusia itu perduli

seandainya saja enkau bisa
menjadi gentayangan
yang sering jadi hal mistis
mereka kan menghormati kewajibanmu

cobalah minta pada Tuhan sayang
agar para manusia
tidak terlampau jauh
berjalan di atas kesesatan

Nb : File lama waktu ujian statistik '04, pikiran mumet trus melihat temen2 wanita Q :d

Catatan Buat Sebuah Perjalanan

Aku adalah sebuah keakuan
Ta' kan ada tepi untuk perenungan
Gelap malam jadi teman
Saat mentari terang benderang jadi hamparan

Perjalanan masih panjang
Detik demi detik jadi poin penting
Yang kita butuh tetap fokus
Karna menit dan jam berputar deras

Kegoncangan berbuah terapi
Sama halnya rasa cemas dan ragu
Hanya ada satu tawaran mati
Jalani semua jalan yang terpatri

Ta' semuanya berakhir indah
ta' bisa berharap buruk jua
Semua sudah dipabrikkan
Untuk dicetak jadi buku Tuhan

Kemampuan dan kuasa menggeser nilai
Dari tinta yang keluar dari pena-Nya
Tapi tahukah kau
Itu hanya sedikit

Tapi ta' apalah walau sedikit
Kita bisa buat goresan sejarah
Don't be pessimist

- cuex tapi enak-