Kamis, 10 April 2008

kawan-kawanQ

Salam.

April di tahun 2008 ini membawa lembaran kisah, yah memang setiap orang punya kisah yang berbeda sesuai apa yang di alami dan di rasakan. Untuk sebuah kisah yang telah terlewati ada beragam respon tentunya, histeris keriangan, kekecewaan dan reaksi emosi lain, namun yang paling menarik adalah ketika kisah itu masuk kesisi yang paling dalam dari diri seseorang dan membuat perubahan baik secara afektif, kognitif, maupun psikomotorik.

Seringkali kita lewatkan begitu saja kisah yang berlalu, sembari berharap terjadi kisah yang menarik (sesuai keinginan Qt) di kemudian hari. Seringkali kita buta dengan rentetan kejadian yang telah kita alami yang bila kita cermati lebih dalam akan membimbing kita kepada kisah-kisah yang menakjubkan. Hanya saja jarang diantara kita yang dapat melihat jauh ke depan, kita hanya melihat yang eksis, dan yang nyata adanya. Sementara adanya semua itu, jangankan kita pijakkan kaki, sekedar menyentuhnya pun kita tidak mampu.

Bulan lalu, datang seorang kawan lama tuk bercengkerama dengan ibu pertiwi. Setelah menempuh perjalanan panjang dalam masa liburannya yang telah habis, ia kurang begitu banyak komentar tentang perubahan yang telah terjadi selama ini di tanah tumpah darah para pejuang. Yah bukan apa-apa memang, yang jelas Jakarta dan terlebih Ciputat semakin penat, padatnya kemacetan dengan proyek fly-overnya, kepulan debu di udara yang telah kotor, hujan masih mengguyur di bulan kemarau.

Tiga setengah minggu kira-kira ia menghafalkan dan beradaptasi dengan tanah Ciputat serta Jakarta. Ia begitu banyak mendapatkan suatu fenomena yang nantinya bisa ia jadikan kisah hidup, bahkan untuk dijadikan sebuah novel pun pasti jadi. Sayang, waktu yang ada ia gunakan bersama orang yang kurang normal. Orang-orang dalam sepetak ruang dalam suatu tempat yang bernama PONDOK AL-BARKAH 1 kamar Dahlia 3. Hingga akhirnya, ia pun tak kuasa menolak dan mengikuti budaya yang serba terbalik. Bagaimana tidak, tanpa ada tujuan yang jelas ukuran waktu pun berubah, yang harusnya siang malah menjadi malam, dan begitupun sebaliknya.

Sekurangnya pada sepertiga April, ia akhirnya dengan kebimbangan [menurut saya] mencoba melangkahkan kaki menuju stasiun kereta api untuk melanjutkan perjalanan dan kisahnya sendiri. Sebelumnya, ada sedikit kisah yang ia ceritakan kepadaku tentang hubungan dirinya dengan seorang gadis yang ada di bilangan Jakarta Selatan, beserta kekhawatiran-kehawatiran yang ia rasakan. Diriku saat itu terhenyak, dan spontan kaget, namun aku tutupi dengan mimik muka yang dingin sehingga terkesan antusias dalam mendengarkan kisah. Dalam fikirku, seandainya benar terjadi pasti akan terasa menyakitkan. Bagaimana tidak, kisah yang ia ceritakan [historis, alur, peran-peran pendukung, dan karakteristik-karakteristik pelaku] sama persis dengan yang pernah aku alami beberapa tahun yang lalu. Lalu, aku hanya bisa menyarankan agar intensitas serta keterbukaan dapat semakin terjalin.

Tertanggal delapan, satu persatu teman-teman dekat mulai menyerah dengan penatnya dunia kampus. Gairah muda mendorong mereka untuk memacu langkah lebih maju, dari pada hanya duduk diam mendengar dan melihat kecongkakan para pendidik yang tak mau kalah saat beradu argumen dengan para mahasiswanya. Di akhir cerita, mereka pun tak mau pulang tanpa memberi sebuah kebanggaan kecil bagi kedua orang tua dan keluarganya. Dengan bersusah payah, selama satu jam lima menit dalam perkiraan, mereka dibantai para dosen. Seolah tak mau kehilangan pundi-pundi uangnya, beragam cara telah dilakukan oleh oknum-oknum di dunia kampus, termasuk dalam ujian akhir ini. Namun akhirnya, mereka [teman-temanQ] menaklukkan penjara suci diatas bangunan mewah bertingkat-tingkat.

Apa yang terjadi dengan diriku, sebegitu menyalahkan kampus, lembaga tinggi pendidikan yang di elu-elukan masyarakat menengah kebawah. Bisa jadi itulah kenyataannya, atau bahkan define mechanism [metode pertahanan diri] atas ketidak mampuan diri dalam meraih prestasi yang membanggakan. Jawabku bisa ya, bisa tidak.

Tatkala keluargaku mendorong untuk secara aktif menyelesaikan skripsi yang tertunda-tunda, secara tidak langsung diriku mendapat tamparan telak. Terngiang kembali di gendang telinga pertanyaan-pertanyaan "untuk apa aku disini? mengapa jauh-jauh sampai disini? apa yang telah ku kerjakan? seberapa besar hasilnya?". Busyettttt, lalu lintas Jakarta pun tak seramai pertanyaan ini, fikirku.

Hufh, sabar....semua ada jalan...dan kita tak pernah tahu maksud tuhan...manusia itu unik dan karenanya kita berbeda...hanya dengan semangat dan usaha keras kita pasti berhasil.

Tidak ada komentar: