Kamis, 29 Mei 2008

jalan tol pun ikut antri

Hampir seminggu pemerintah menaikkan harga BBM, sekilas tak nampak adanya pengaruh dari keputusan pemerintah tersebut. Hal ini tak lain disebabkan oleh antisipasi para usahawan untuk menaikkan harga-karga barang terlebih dahulu -dalam hal terkecil kita bisa melihat nasi+telur di warteg yang biasanya hanya 3ribuan- pas menjelang kenaikan telah mencapai kisaran 5ribu rupiah. Berselangnya waktu, lambat laun aroma pengaruh itu akhirnya terasa pula. Harga tiket angkutan umum naik hampir 30% padahal Dishub (Dinas Perhubungan) telah mematok kenaikan sebesar 15%. Begitu pula kenaikan-kenaikan barang lain khususnya yang menyangkut hajat rakyat banyak.

Jakarta memiliki beragam fenomena menarik dibandingkan daerah-daerah lain di wilayah negara Indonesia, masalah jalan tol misalnya. Telah dimaklumi bahwa jalan tol dibangun guna memberikan fasilitas bagi pengendara kendaraan bermotor agar merasa lebih nyaman. Sebab itulah kemudian jalan tol mendapat julukan jalur bebas hambatan. Dengan rules tertentu, para pengemudi diberikan hak untuk menikmati perjalanannya dengan lancar dan nyaman. Di Semarang misalnya dari Ungaran-krapyak yang waktu tempuh normalnya 1jam lebih, dengan adanya jalan tol bisa di tempuh selama 30 menit. Meskipun adanya jalan tol sedikit membantu mempercepat sedikit waktu, namun beda antara Jakarta dan luar Jakarta adalah bahwa di jalan tol Jakarta pun kita akan dijejeli dengan kesumpekan, kepenatan karena jalan tol Jakarta tidak bebas hambatan yang dibuktikan oleh kemacetan di jalan tol.

Panjang antrian kemacetan jalan tol Jakarta melebihi panjangnya antrian pengendara motor di SPBU beberapa jam sebelum kenaikan harga BBM kemaren. Proyek pembangunan jalan tol Jakarta telah menghabiskan dana yang cukup besar, bahkan kabarnya untuk 30 tahun kedepan pun belum tentu hasilnya dapat untuk melunasi modal yang telah dikeluarkan. Untuk alasan itulah mungkin tiap waktu tertentu tarif jalan tol pun mengalami kenaikan. Namun, bagaimanapun panjang pendeknya antrian, masyarakat Indonesia masih belum mau belajar. Mereka masih suka "usel-uselan" berebut dengan yang lain untuk mendapatkan yang terdepan, meskipun akhirnya saat sampai di depan malah terkelapar.

Kiranya Indonesia adalah sumber ilmu, bukankah banyak hal yang bisa kita jadikan pelajaran.

Tidak ada komentar: